Anas Urbaningrum
Kesuksesan Anas dalam memimpin Partai Demokrat tidak telepas jauh dari dukungan istrinya, Athiyah Laila. Saat perolehan suara ketua umum Partai binaan Presiden SBY, Anas memperoleh 280 suara mengalahkan kandidat-kandidatnya yang lain. Bintang Jasa Utama dari Presiden RI, 1999.
Alias : Anas | Urbaningrum
Kategori : Politikus
Agama : Islam
Tempat Lahir : Blitar, Jawa Timur
Tanggal Lahir : Selasa, 15 Juli 1969
Zodiac : Cancer
Hobby :
Warga Negara : Indonesia
Istri : Athiyyah Laila
Anak : Akmal Naseery,Aqeela Nawal Fathina,Aqeel Najih Enayat,Aisara Najma Waleefa
Sejak muda, Anas Urbaningrum sudah menunjukkan kegemarannya berorganisasi. Ketika duduk di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kunir, Blitar dan SMA Negeri Srengat, Blitar, ia sudah menjadi Sekretaris OSIS (organisasi siswa intra sekolah). Berbekal pengalaman berorganisasi di bangku sekolah tersebut, Anas kemudian terpilih memimpin sebuah organisasi kemahasiswaan berskala nasional, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk periode 1997-1999.
Namanya semakin dikenal setelah ia menjadi salah satu anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tahun 2001. Ketika itu, keberadaan suami dari Athiyyah Laila ini cukup istimewa karena ia merupakan anggota termuda di antara sebelas anggota KPU lainnya. Sebelum terpilih menjadi anggota KPU Anas sempat berkantor di tempat yang sama tahun 1999. la saat itu sebagai anggota Tim Persiapan Pembentukan KPU sekaligus anggota Tim Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu, yang dikenal pula dengan sebutan Tim Sebelas. Peraih Bintang Jasa Utama dari Presiden RI (1999) ini, juga tercatat sebagai anggota Tim Revisi Paket Undang Undang Politik atau Tim 7 yang dibentuk Departemen Dalam Negeri. Di sela-sela kesibukannya, ia menjadi kolumnis di sejumlah media serta menjadi Direktur Komunitas untuk Transformasi Sosial (Katalis) sebuah lembaga yang dimaksudkan untuk ikut serta mengawal proses reformasi, demokrasi dan transformasi sosial di Indonesia.
Pada Pemilu 2009, Anas kemudian masuk menjadi anggota DPR periode 2009-2014 dan terpilih menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrat. Selanjutnya, pada tahun 2010 ia ikut mendaftarkan diri menjadi calon Ketua Umum, berkompetisi dengan dua kader Partai Demokrat lainnya, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng dan Ketua DPR RI Marzuki Alie. Pada putaran kedua pemilihan Ketua Umum pada Kongres II Partai Demokrat di Bandung, 21-23 Mei 2010 itu, Anas Urbaningrum tampil menjadi pemenang mengalahkan Marzuki Alie. Dengan kemenangannya itu, Anas mencatatkan diri sebagai ketua umum partai politik termuda di Indonesia pada zamannya.
Anas sendiri berpandangan bahwa ia maju sebagai calon dalam pemilihan ketua umum karena ingin membangun tradisi demokrasi yang baik, sehat, dan dewasa di Partai Demokrat. Menurutnya, untuk mendapatkan mandat sebagai ketua umum harus ditempuh dengan cara yang baik, elegan, dan demokratis. Keteguhannya dalam menghadapi kompetisi politik di arena Kongres Partai Demokrat pada tahun 2010 kemudian menghasilkan prestasi dengan penghargaan Man of the Year 2010 dengan predikat Guard of Integrity dari Rakyat Merdeka Online. Penghargaan yang diberikan pada awal tahun 2011 itu diberikan kepada individu-individu yang dianggap memainkan peranan penting dan inspiratif sepanjang 2010.
Namun perjalanan karier yang dia rintis selama ini sedang mengalami masa transisi. Saat menjabat sebagai ketua Umum Partai, bendahara Partai Nazaruddin menyebutkan namanya sebagai salah satu dalang dari buruknya politik di tubuh partai yang dia pimpin saat ini.
Man of the Year 2010 dengan predikat Guard of Integrity.
Publikasi:
Takdir Demokrasi, 2009.
Bukan Sekadar Presiden, 2009.
Menjemput Pemilu 2009 (Yayasan Politika, Jakarta), 2008.
Pemilu Orang Biasa (Republika, Jakarta), 2004.
Islam-demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid (Republika, Jakarta), 2004.
Melamar Demokrasi (Republika, Jakarta), 2004
Jangan Mati Reformasi (Yayasan Citra Mandiri Indonesia, Jakarta), 1999.
Ranjau-Ranjau Reformasi: Potret Konflik Politik Pasca Jatuhnya Soeharto (Raja Grafindo Persada, Jakarta), 1999.
Menuju Masyarakat Madani: Pilar dan Agenda Pembaruan (Yarsif Watampanone, Jakarta), 1997.
twitter.com/anasurbaningrum